Selasa, 06 September 2016

Cara pemberian obat

Cara-Cara Pemberian Obat
Efek Sistemik
Oral
Hasil gambar untuk pemberian obat secara oral
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat ini relatif aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit.

Oromukosal
Pemberinnya melalui mukosa dirongga mulut, ada dua macam yaitu :

a. Sublingual
Hasil gambar untuk pemberian obat secara sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.

b.Bukal
Gambar terkait

Obat diletakkan diantara pipi dan gusi, obat langsung masuk ke peredaran darah melalui mukosa mulut

Rektal

Hasil gambar untuk pemberian obat secara rektal
Adalah obat yang cara pemberiannya  melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.
Injeksi (Parenteral)
Hasil gambar untuk pemberian obat secara injeksi
Adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.

a.Intravena (IV)
Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena karena obat langsung masuk ke dalam vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya pendek (Joenoes, 2002).
b.Intramuskular (IM)
“Onset of action” pemberian obat secara intramusculer bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi (Joenoes, 2002).
c.Subkutan (SC)
“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinan dari kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi penyerapan, menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga difusi obat tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan (Joenoes, 2002).

Implan
Hasil gambar untuk pemberian obat secara implan

Pemberian obat dalam bentuk pelet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus (Trokar) dan digunakan dengan efek yang lama

Transdermal 
Hasil gambar untuk pemberian obat secara transdermal

Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontinu masuk ke dalam sistem peredaran darah

Efek Lokal

Inhalasi
Hasil gambar untuk pemberian obat secara inhalasi
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan daripemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.

Intravaginal
Hasil gambar untuk pemberian obat secara intravaginal
Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara rektal, hanya saja dimasukan ke dalam vagina.


Kulit (Perkutan)
Hasil gambar untuk pemberian obat secara salep,krim,gel
Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pda permukaan kulit, bentuk obat dapat dalam sediaan salep, krim, dan lotio

Mukosa mata dan telinga
Hasil gambar untuk pemberian obat secara mukosa mata dan telinga
obat ini digunakan melalui mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan efek

Intranasal
Hasil gambar untuk pemberian obat secara intranasal
Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan mukosa hidung yang membengkak

Rabu, 31 Agustus 2016

FARMAKOPE ADALAH

Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan hukum dan memuat standarisasi obat – obat penting serta persyaratannya akan identitas, kadar kemurnian, dan sebagainya, begitu pula metode analisa dan resep sediaan farmasi. Kebanyakan negara memiliki farmakope nasionalnya dan obat – obat resmi yang dimuatnya merupakan obat dengan nilai terapi yang telah dibuktikan oleh pengalaman lama atau riset baru. Buku ini diharuskan tersedia pada setiap apotik.
           Telah dikeluarkan pada tahun 1962 (jilid I) disusul dengan jilid II (1965), yang mengandung bahan – bahan galenika dan resep. Farmakope Indonesia jilid I dan II telah direvisi menjadi Farmakope Indonesia Edisi II yang mulai berlaku sejak 12 November 1972. Pada tahun 1979 terbit Farmakope Indonesia Edisi III kemudian Farmakope Indonesia Edisi IV terbit pada tahun 1996.
          Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, akan tetapi tidak dimuat dalam Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
          Di samping kedua buku persyaratan mutu obat resmi ini, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia, yang memuat komposisi dari beberapa ratus sediaan farmasi yang lazim diminta di minta di apotik. Buku ini sudah direvisi pula dan edisi kedua dari buku ini telah diberlakukan per 12 November 1978 dengan nama Formularium Nasional.
          Obat paten atau spesialite  adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang dilindingi hukum, yaitu merk terdaftar atau proprietary name. Banyaknya obat paten dengan beraneka ragam nama yang setiap tahun dikeluakan oleh industri farmasi dan kekacauan yang diakibatkannya telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan nama – nama resmi. Official atau generic name (nama generik) ini dapat digunakan disemua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan. Hampir semua farmakope sudah menyesuaikan nama obatnya dengan nama generik ini, karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis.

SUSPENSI 
Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larutyang terdispersi (tercampurdalam fase cair.
Adalah sediaan cair sistem dua fase (minyak dan air) yang salahsatu cairannya terdispersi (tercampurdalam cairan lain,dalam bentuk tetesan kecil
Bentuk sediaan : larutansuspensiemulsi atau suspensidigunakan melalui telinga dengan cara diteteskan.
EYE DROPS ( tetes mata )
Sediaan steril larutan atau suspensi mengandung satu atau lebihbahan obat digunakan pada mata.
INJEKSI (Suntik)
sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringanke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendirMemberikan efek sistemik (langsung melalui peredarandarah)
Paling ideal digunakan untuk pasien yang tidak sadar 
KAPSUL 
 Bahan kapsul terbuat dari gelatin ditujukan untuk pemakaianoral.
Terdapat 2 tipe kapsul
     -Hard gelatin capsul
     - Soft gelatin capsul.

TABLET
   adalah Sediaan padat yang merupakan kompresi dari bahan obatdengan berbagai pembawa (bahan tambahan).
 Ada beberapa obat yang bersifat sustained release (lepas lambat)
KAPLET
  Adalah Sediaan padat yang mengandung bahan obat denganberbagai pembawa (bahan tambahan) pembuatanya dengan caramemberikan tekanan (kompresi) massa seperti tablet tetapibentuknya seperti kapsul.

PIL
Sediaan oral padat berbentuk bulat mengandung satu atau lebihbahan obat yang terdispersi (tercampurdalam pembawa.
LOZENGES
   adalah Sediaan padat yang mengandung gula sebagai pembawa bahan obat. Umumnya untuk pengobatan saluran cerna atau untuk batuk

PASTILES
   Adalah Sediaan padat yang mengandung obat, dirancang untuk larut secara perlahan di mulut, lebih lunak dibanding lozenges.
SERBUK/PUYER
Adalah campuran homogen (merata) dua atau lebih obat yang diserbukkan

SALEP 
Adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir

CREAM 
Adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. 
GEL
Adalah merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi  yangdibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organikyang besarterpenetrasi oleh suatu cairan
 - EX : Gel pada Rambut, dll
PASTA 
Adalah sediaan semipadat yang mengandung lebih dari 80%bahan padat.
SAPO (Sabun)
Sediaan semisolid untuk pemakaian luar hasil dari prosespenyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi.
Contoh : sapo kalinus (sabun hijaudan berbagai macam sabun
IMPLAN (SUSUK)
 Adalah Silinder steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuhdiharapkan dapat melepaskan obat pada periode waktutertentu.

Adalah Bentuk sediaan spray yang digunakan dengan caradisemprotkan atau dihirup umumnya digunakan untukpengobatan sesak atau asma.
SUPPOSITORIA
   Adalah sediaan padat dalam berbagai ukuran,bobot dan bentukdigunakan dengan cara disisipkan di rectal (dubur), vaginaatau uretraMemberikan efek lokal 
 Suppositoria biasanya digunakan untuk obat wasir


http://apoteksejati24.blogspot.co.id/2010/11/pengenalan-bentuk-bentuk-sediaan.html

http://komunitasfarmasi.blogspot.co.id/2012/06/farmakope-dan-nama-obat.html